Monday, January 1, 2018

Narasi Besar Dunia


Refleksi Perkuliahan Kelima Filsafat Ilmu
Program Pasca Sarjana Pendidikan Matematika UNY
Oleh Prof. Dr. Marsigit MA




Kita lanjutkan refleksi perkuliahan filsafat ilmu kita. Pada 17 oktober 2017 merupakan pertemuan kelima. Pertemuan kali ini akan membahas kembali tentang kehidupan dalam filsafat. Untuk refleksi kali ini saya juduli narassi besar dunia.
Filsafat bahasa adalah filsafat analitik. Karena filsafat adalah isme (pusat) jadi ketika bahasa adalah filsafat, maka semua dapat diterjemahkan dengan bahasa. Dari awal hingga akhir jaman, tergambar dalam timeline kehidupan (pada gambar). Filsafat adalah modus. Modus adalah modis. Modus adalah icon, icon adalah bahasa. Segala macam isme dapat ditelaah menurut dengan jenis objeknya. Kalo objeknya ada dipikiran, maka bisa satu atau banyak. Objek yang bersifat tunggal adalah mono, dalam filsafat maka ditambahi isme menjadi monoisme. Namun kalo dikanyataan, yang tunggal menjadi plural à pluralism. Tunggal dalam logika disebut logicisme. Yang bersifat plural, kenyataan di bumi yang bersifat real disebtu realism. Ketika dinaikkan lagi menjadi kuasa tuhan, yang mencakup spiritualisme dan ritualisme. Sehingga yang mono, tunggal, absolut adalah kuasa tuhan.
Realism menjadi suatu kenyataan di bumi. Tokoh realism dibumi adalah Aristoteles. Alirannya menjadi aristotelianisme. Sebagai contoh ketika seorang suami memfoto istrinya setiap hari. Dan ketika ditanya oleh orang, siapakan sfoto tersebu, maka akan dijawab bahwa foto tersebtu adalah istrinya. Sehingga terlihat suami tersebut memiliki banyak istri melalui foto tersebut.
Logika bersifat analitik. Maka sulitnya berfilsafat adalah karena terdapat dua istilah analitik. Analitik yang pertama artinya konsiten. Maka setiap ide yang dituangkan harus berjalan secara konsisten. Ketika matematikawan membuat teorema maka setiap teorema 1 hingga teorema terakhir harus identitas. Identitas adlah A = A, sedangkan yang kenyattan bersifat A tidak = A. maka semua yang ada di bumi adalah aturan dan yang dibawahnya adalah bayangan. Aturan bersifat analitik, bayangan bersifat sintetik.
Ide bersifat apriori, maka kenyataan bersifat aposteori. A tidak = A kontradiksi jika dibaca adalah sebenar benarnya yang terjadi adalah aku tidak mampu menunjukkan siapa diriku. Karena belum selesai aku menyebutkan diriku, aku telah berubah dari aku yang tadi menjadi aku yang sekarang. Mengapa ? karena disini terikat oleh ruang dan waktu. Ruang dan waktu itu termasuk intuisi.
Rautan wajah kita bergantung kepada apa yang kita baca seblumnya. Semua yang ada di dunia ini merupakan bayangan. Bayangan dari suatu atuaran. Aturan yang diatas bersifat absolut, yang dibawah bersifat relative. Maka muncullah aliran relativisme.
Kita tidak hanya berteori saja, namun untuk membangun dunia. Dunia yang kita bangun tidak cukup untuk semuanya. Auguste comte mengatkan bahwa agama tidak menaruh andil dalam pembangunan dunia, dunia diawali dengan dunia kemudian diatasnya terdapat filsafat, yang paling atas saintifik. Sehingg kurang tepat jika pembelajran sekarang ini didasarkan kepada saintifk yang diusung oleh Auguste comte.

0 comments:

Post a Comment