Refleksi
Perkuliahan Kelima Filsafat Ilmu
Program
Pasca Sarjana Pendidikan Matematika UNY
Oleh
Prof. Dr. Marsigit MA
Kita
lanjutkan refleksi perkuliahan filsafat ilmu kita. Pada 17 oktober 2017
merupakan pertemuan kelima. Pertemuan kali ini akan membahas kembali tentang
kehidupan dalam filsafat. Untuk refleksi kali ini saya juduli narassi besar
dunia.
Filsafat
bahasa adalah filsafat analitik. Karena filsafat adalah isme (pusat) jadi
ketika bahasa adalah filsafat, maka semua dapat diterjemahkan dengan bahasa.
Dari awal hingga akhir jaman, tergambar dalam timeline kehidupan (pada gambar).
Filsafat adalah modus. Modus adalah modis. Modus adalah icon, icon adalah
bahasa. Segala macam isme dapat ditelaah menurut dengan jenis objeknya. Kalo
objeknya ada dipikiran, maka bisa satu atau banyak. Objek yang bersifat tunggal
adalah mono, dalam filsafat maka ditambahi isme menjadi monoisme. Namun kalo
dikanyataan, yang tunggal menjadi plural à pluralism.
Tunggal dalam logika disebut logicisme. Yang bersifat plural, kenyataan di bumi
yang bersifat real disebtu realism. Ketika dinaikkan lagi menjadi kuasa tuhan,
yang mencakup spiritualisme dan ritualisme. Sehingga yang mono, tunggal,
absolut adalah kuasa tuhan.
Realism
menjadi suatu kenyataan di bumi. Tokoh realism dibumi adalah Aristoteles.
Alirannya menjadi aristotelianisme. Sebagai contoh ketika seorang suami memfoto
istrinya setiap hari. Dan ketika ditanya oleh orang, siapakan sfoto tersebu,
maka akan dijawab bahwa foto tersebtu adalah istrinya. Sehingga terlihat suami
tersebut memiliki banyak istri melalui foto tersebut.
Logika
bersifat analitik. Maka sulitnya berfilsafat adalah karena terdapat dua istilah
analitik. Analitik yang pertama artinya konsiten. Maka setiap ide yang
dituangkan harus berjalan secara konsisten. Ketika matematikawan membuat
teorema maka setiap teorema 1 hingga teorema terakhir harus identitas.
Identitas adlah A = A, sedangkan yang kenyattan bersifat A tidak = A. maka
semua yang ada di bumi adalah aturan dan yang dibawahnya adalah bayangan.
Aturan bersifat analitik, bayangan bersifat sintetik.
Ide
bersifat apriori, maka kenyataan bersifat aposteori. A tidak = A kontradiksi
jika dibaca adalah sebenar benarnya yang terjadi adalah aku tidak mampu
menunjukkan siapa diriku. Karena belum selesai aku menyebutkan diriku, aku
telah berubah dari aku yang tadi menjadi aku yang sekarang. Mengapa ? karena
disini terikat oleh ruang dan waktu. Ruang dan waktu itu termasuk intuisi.
Rautan
wajah kita bergantung kepada apa yang kita baca seblumnya. Semua yang ada di
dunia ini merupakan bayangan. Bayangan dari suatu atuaran. Aturan yang diatas
bersifat absolut, yang dibawah bersifat relative. Maka muncullah aliran
relativisme.
Kita tidak hanya
berteori saja, namun untuk membangun dunia. Dunia yang kita bangun tidak cukup
untuk semuanya. Auguste comte mengatkan bahwa agama tidak menaruh andil dalam
pembangunan dunia, dunia diawali dengan dunia kemudian diatasnya terdapat
filsafat, yang paling atas saintifik. Sehingg kurang tepat jika pembelajran
sekarang ini didasarkan kepada saintifk yang diusung oleh Auguste comte.
0 comments:
Post a Comment